Jika Bos Adalah Teman

Jika kita bekerja pada perusahaan milik teman, dan bos kita adalah teman kita sendiri, dan kita bukanlah seorang rekanan atau partner, namun yang ikut bekerja pada pada perusahaan yang dipimpinnya, bagaimana kah perasaan kita menyikapi hal demikian? bisa biasa saja, agak kagok, canggung, atau malah easy going?

Relatif sih ya, bisa juga hal itu menjadi suatu keadaan yang memerlukan pengelolaan kebijkasanaan kita dalam bersikap, sebab bagaimana pun jika pimpinan atau bos kita adalah teman kita sendiri, sudah pasti akan ada macam-macam perasaan, disatu sisi kita merasa sudah akrab dan sebaya, nyeplos gak sengaja jika kelewatan bercanda, minta prioritas sudah pasti dan bekerja kurang suka jika ditegur karena merasa kemampuan setara, yang membedakan cuma rezeki dan kesempatannya, itu pikirnya.

Namun menurut saya, walaupun kita mempunyai bos atau pimpinan yang merupakan teman kita sendiri, malah akan melatih jiwa besar serta mental yang sehat, sebab disaat kita merasa teman kita sudah diatas dan kita masih saja dibawah , alih-alih malah ada dibawah teman kita level karirnya, kita bisa mengelola agar kemampuan kita bisa lebih berarti, kita bisa bersikap tetap menjunjung profesionalisme dalam hal pekerjaan, selagi dalam lingkup dan lingkungan pekerjaan, kita tak perlu merasa down atau rugi untuk tetap memakai etika ketika bekerja, seperti tetap memperlakukan teman kita sebagai layaknya bos, sewajarnya saja, memakai panggilan Pak atau bu, menerima teguran sebagai pembelajaran kritik membangun, tetap melakukan aktivitas sesuai aturan yang diterapkan, dan tetap mengikuti segala prosedur yang diterapkan disitu.

Jika diluar lingkup dan lingkungan pekerjaan, bisa kembali pada kebiasaan semula seperti layaknya kepada seorang teman.

Dengan begitu, selain kita tetap menjunjung tinggi profesionalisme, juga teman kita merasa dihargai dan merasa terbantu. Dan kalau kita ingin kemampuan kita sangat bernilai dan punya andil penting dalam perusahaan teman kita tersebut, kita bisa lebih memberikan kontribusi, inovasi dan segala ide kreatif untuk kemajuan perusahaan tanpa perhitungan atau memikirkan bahwa “Ah aku cuma bawahan dia, ngapain aku susah susah mikir.”  Jangan sesekali punya pemikiran semacam itu karena hal itu akan menghambat kemajuan dan menutup kemungkinan untuk diberi kepercayaan penuh.

Sebab jika kita sudah bisa membuktikan banyak kemampuan maupun kontribusi, bukan hal mustahil teman kita akan sepenuhnya memberi kepercayaan kepada kita malah disuruh memegang penuh untuk dikelola sendiri.

Jadi teruslah berkarya dan beri apapun kemampuan yang kita punya untuk kemajuan perusahaan, walaupun perusahaan itu milik teman kita sendiri, singkirkan sejenak ego dan perasaan kecil hati, justru sebaliknya, kita harus bisa terpacu dan teman kita yang sudah menjadi pemimpin itu bisa kita jadikan inspirasi untuk kemajuan kita.