Kepuasan Kerja Karyawan


Pentingnya Kepuasan Kerja Karyawan
Keberadaan sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan sangat penting karena mereka yang memprakarsai terbentuknya organisasi, mereka yang berperan membuat keputusan untuk semua fungsi dan mereka juga yang berperan dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan.


Dalam sebuah buku Manajemen Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Panggabean (2004), kompetensi seorang karyawan bukan satu-satunya aspek yang harus diperhatikan. Masih ada sikap kerja yang juga membuat mereka mau dan bersedia memberikan sebagian tenaga untuk perusahaan. sikap kerja merupakan hasil penilaian atau evaluasi terhadap orang-orang, kejadian-kejadian di tempat kerja.


Salah satu konsep yang paling sering diperhatikan adalah kepuasan kerja. Berbagai macam perlakuan yang diberikan pada karyawan atau pekerja hanya akan efektif bila mereka merasa puas pada pekerjaannya. Kepuasan dalam pekerjaan dapat mereka rasakan apabila mereka merasakan adanya keselarasan antara apa yang diharapkan dengan apa yang dapat diperoleh, atau antara kebutuhan dan penghargaan.


Spector (1997) dalam bukunya Job Satisfaction: Application, Assessment, Causes, and Consequences, kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaan mereka dan perbedaan aspek pada pekerjaannya. Ini lebih pada apakah orang tersebut suka atau tidak suka pada pekerjaanya. Dalam pengukuran umum, kepuasan kerja adalah variabel sikap. Pada beberapa waktu lalu pemahaman kepuasan kerja lebih pada asas kebutuhan, misalnya gaji sebagai bentuk pemenuhan atas kebutuhan dasar secara fisik. Pada saat ini banyak pendekatan yang lebih fokus pada perhatian proses kognitif dibandingkan pada asas kebutuhan. Perspektif sikap telah menjadi salah satu yang mendominasi pemahaman tentang kepuasan kerja.


Sebuah malapetaka bila kepuasan kerja diabaikan oleh pihak manajemen, maka dampaknya dapat mengganggu performa kerja, seperti kebosanan, malas, gangguan fisik, kecemasan, depresi, dan perilaku kontraproduktif. Hal ini diketahui melalui sebuah penelitian oleh Ranz, Stueve dan McQuistion (2001) dalam jurnalnya yang berjudul The Role of the Psychiatrist: Job Satisfaction of Medical Directors and Staff Psychiatrists.


Pertanyaan yang penting adalah bagaimana menciptakan kepuasan kerja? Menurut Saba (2011) dalam jurnal International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, kepuasan kerja dapat terjadi dalam sebuah iklim yang sehat dan positif. Iklim yang positif tidak hanya meningkatkan kepuasan kerja tetapi juga produktifitas kerja. Perlu digarisbawahi bahwa manager, human resource specialists, supervisor dan pekerja harus mampu mengeksplorasi bagaimana kepuasan kerja dapat ditingkatkan. Salah satu aspek meningkatkan kepuasan kerja bukan hanya soal uang, namun kondisi tempat karyawan bekerja juga menentukan kepuasan mereka. 

Disiplin oleh Atasan Pria


Penerapan Disiplin Efektif oleh Atasan Pria



Efektifitas seorang atasan dalam melakukan tugas-tugas manajerial menjadi sangat penting untuk operasional perusahaan. Dalam sebuah jurnal yang berjudul Effective delivery of workplace discipline: Do women have to be more participatory than Men, oleh Joan F.B, Leanne E.A, dan David A.W. (2005), menujukan baik manajer pria maupun wanita memiliki derajat keefektifan yang sama dalam hal performance, motivation of the leader and employees, manajerial ability, employee dan group level productivity.


Perlu juga diperhatikan, tidak semua tugas manajerial efektif dilakukan oleh atasan pria maupun wanita. Manajer pria dan wanita memiliki perbedaan dalam strengths dan weaknesses untuk mencapai efektifitas tugas manajerial. Strengths dan weaknesses dapat terjadi karena faktor biologi atau perbedaan peran sosial.


Terdapat berbagai macam tugas manajerial dalam mengelola sebuah perusahaan, termasuk mendukung terwujudnya kedisiplinan para pekerja. Proses ini meliputi pengarahan dan mempengaruhi perilaku pekerja dalam menentukan, mana perilaku yang benar dan mana perilaku yang mendukung performa kerja. Bila proses ini terhambat, tentu akan mempengaruhi jalannya sebuah organisasi.


Bukan hanya manajer yang membawahi beberapa pekerja dan mengemban tugas manajerial, ini juga dilakukan oleh seorang supervisor. Supervisor memiliki kebijaksanaan dalam menentukan masalah mana yang memerlukan tindakan disiplin dan apa tindakan yang tepat dalam meresponnya.


Diungkapkan oleh Leanne E.A, James A.C, dan David A.W. (2000) dalam Journal of management, volume 27, penerapan disiplin akan efektif bila diemban oleh atasan pria dibandingkan oleh wanita. Sex role stereotypes dan peran sosial memiliki perbedaan dalam melihat pria dan wanita. Dimana wanita dianggap tidak unggul dalam penerapan administering discipline dibandingkan pria.


Kebanyakan orang percaya bahwa perilaku wanita diharapkan untuk bersikap lembut, sensitif, pasif dan suportif. Mereka akan menderita dan kurang efektif bila melakukan penerapan kedisiplinan pada pekerja dibandingkan pria.


Penerapan disiplin oleh atasan merupakan tugas yang membutuhkan karakteristik masculine. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Joan, dkk., pada 263 undergraduate business students menunjukkan bahwa, sekitar 85% responden mengatakan penerapan kedisiplinan oleh atasan cocok bagi mereka yang memiliki karakteristik masculine oriented. Sebesar 86% responden mengatakan penerapan hukuman juga membutuhkan karakteristik masculine oriented. Gender stereotype menunjukkan peran masculine oriented terjadi pada pria dengan feminine oriented pada wanita.


Namun, apakah ini terjadi dalam masyarakat kita? Munculnya penolakan gender stereotype antara peran masculine oriented pada pria dengan feminine oriented pada wanita, dimana penerapan kedisiplinan pada tugas atasan tidak hanya bisa dilakukan oleh atasan pria, yang menurut gender stereotype memiliki karakteristik masculine oriented, namun juga atasan wanita.


Sebuah penelitian oleh Supriyadi (2005) dalam jurnal Humaniora volume 17, 195-203 memberikan pandangan pada isu androgini yang saat ini berkembang, dimana batas karakter masculine dan feminine melebur tidak jelas. Sudah banyak munculnya kesadaran kaum wanita yang menganut pandangan androgini dalam gerakan mereka, seperti feminisme atau kesetaraan gender. 

Penyebab Utama Demo Pekerja


Apa sih Penyebab Utama Demo Pekerja



Perusahaan sebagai sebuah organisasi merupakan tempat dimana ada dua orang atau lebih bekerja bersama untuk mencapai tujuan. Terwujudnya pencapaian sebuah tujuan diperlukan berbagai kegiatan dan untuk melaksanakan kegiatan itu perlu adanya sumber daya, seperti sumber daya keuangan, fisik, teknologi dan sumber daya manusia. Semua perusahaan mengetahui bahwa salah satu sumber daya yang paling penting dalam menentukan sukses dan tidaknya tujuan perusahaan adalah fungsi sumber daya manusia (SDM).


Masih banyaknya demonstrasi pekerja atau buruh di berbagai wilayah Indonesia menunjukkan adanya ketidaksesuaian dalam pengelolaan SDM. Sering terjadi aksi demo, dikarenakan adanya ketidaknyamanan dalam bekerja, upah yang minim dan juga ketidakpuasan dalam bekerja. Dalam sebuah jurnal dari Community Mental Health Journal oleh Ranz, J. (2001) bila kepuasan kerja diabaikan, maka dampaknya dapat mengganggu performa kerja, seperti kebosanan, malas, gangguan fisik, kecemasan, depresi, dan perilaku kontraproduktif.


Penelitian Muhaimin (2004) dalam Jurnal Psyche, menunjukkan ciri perilaku pekerja yang puas adalah mereka mempunyai motivasi untuk berkerja yang tinggi, mereka lebih senang dalam melakukan pekerjaannya, sedangkan ciri pekerja yang kurang puas adalah mereka yang malas berangkat ke tempat bekerja dan malas dengan pekerjaan dan tidak puas.


Membangun kepuasan kerja karyawan bukan sebuah tugas yang mudah dilakukan bagi pihak manajemen. Mereka harus tahu apa saja indikator kepuasan atau ketidakpuasan kerja yang ditunjukkan oleh pekerja. Dalam prakteknya untuk mencapai tujuan tersebut organisasi kurang memperhatikan ada tidaknya perasaan puas dan tidak puas dari para pekerjanya.


Kepuasan kerja sudah bukan lagi asal terpenuhinya faktor seperti gaji. Saat ini kepuasan kerja baiknya dilihat dari unsur psikologis. Mengapa? misalnya, dua pekerja dengan pekerjaan dan gaji yang sama mungkin akan memiliki pendapat atau reaksi yang berbeda atas apa yang mereka peroleh dan mungkin juga akan berbeda tingkatan kepuasan kerja mereka.

Membangun Kebahagiaan Kerja


Cara Membangun Kebahagiaan di Tempat Kerja



Banyak dari kita memiliki pekerjaan untuk mencari nafkah. Bila Anda bekerja setelah lulus kuliah di usia 20-an tahun, kemudian pensiun di usia 60 tahun, dan Anda memiliki umur 70 – 80 tahun, berarti Anda bekerja selama 40-an tahun, itu hampir 50% dari hidup Anda. Jelas bahwa kualitas pengalaman kerja Anda dapat mempengaruhi keseluruhan kesejahteraan hidup Anda.


Anda mungkin pernah mendengar dari anggota keluarga, teman, atau bahkan orang lain yang merasa tertekan dalam pekerjaan dan memutuskan mencari pekerjaan lain. Kenyataanya, pekerjaan baru tidak dapat menjamin Anda untuk menjalani kehidupan kerja yang lebih bahagia. Apakah ada sesuatu yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kebahagiaan kita di tempat kerja?


Lyubomirsky, Sheldon, dan Schkade dalam jurnal Review of General Psychology. Faktor genetik menyumbang 50% dalam kebahagiaan Anda. 10% disumbangkan oleh keadaan di sekitar Anda. Sedangkan 40% sisanya ditentukan oleh diri Anda sendiri. Bila diibaratkan, mencari kebahagiaan di tempat kerja adalah sama dengan lukisan minyak:


    Memiliki bakat bawaan dalam seni adalah faktor genetik yang menyumbang 50% kebahagiaan Anda.
    Anda mungkin secara kebetulan, mendapatkan cat minyak, kanvas, dan satu cat kuas yang berbeda kualitasnya dengan apa yang dimiliki orang lain. Bila anda memiliki kualitas yang baik, itu hanya menyumbang 10% dari kebahagiaan dalam hidup Anda.
    Terlepas dari dua kondisi sebelumnya, Anda masih bisa menghasilkan berbagai macam bentuk lukisan. Anda bisa meyakinkan diri belajar pada orang yang ahli untuk menghasilkan lukisan yang indah. Ini merupakan tindakan yang ditentukan oleh diri Anda sendiri untuk memberikan sumbangan 40% kebahagiaan dalam hidup Anda.


Tips untuk Mewarnai Kehidupan Kerja Anda Menjadi Bahagia


Anda mungkin berpendapat bahwa Anda bukanlah seorang atasan, jadi bagaimana Anda bisa menambahkan elemen-rangsangan kebahagiaan di tempat kerja? berikut adalah beberapa tips yang mungkin berguna:


Sampaikan terima kasih kepada rekan kerja Anda: Sebuah ucapan terima kasih akan menunjukkan penghargaan anda pada rekan kerja. Bila Anda bertanggungjawab atas hubungan staf Anda, maka membuat sebuah program terima kasih akan meningkatkan kesejahteraan dan memunculkan emosi positif diantara mereka.


Kita mungkin mengucapkan terimakasih dalam sebuah catatan kecil dan diberikan pada mereka. Misalnya, “Saya ucapkan terima kasih pada Anda yang telah memberikan saya informasi yang berguna untuk menyelesaikan proyek tersebut”, “Terima kasih telah membantu saya untuk menyelesaikan proyek selama saya sakit” dan “Terima kasih untuk mendengarkan kata-kata saya dan segala bentuk canda untuk menghibur saya”.


Bila perusahaan Anda tidak memiliki program terimakasih, Anda bisa mengirimkannya melalui email atau mengirim catatan terima kasih pada mereka secara langsung. Anda akan dapat menumbuhkan sikap syukur dan meningkatkan kebahagiaan Anda di tempat kerja bersama rekan kerja Anda.


Menemukan keunggulan dalam diri Anda: Dalam buku Character strengths and virtues: A handbook and classification oleh Peterson dan Seligman, ada klasifikasi kekuatan dan kebajikan yang memungkinkan manusia untuk berkembang melalui kajian Psikologi Positif. Terdapat 6 kategori kebajikan manusia: kebijaksanaan, keberanian, kemanusiaan, keadilan, kesederhanaan, dan transendensi. Anda perlu untuk menentukan pada area mana karakter diri Anda berada.


Bila kekuatan karakter Anda adalah Kebaikan, Anda mungkin bisa bergabung dengan organisasi sosial. Jika Anda tidak menemukan ada organisasi sosial, Anda dapat meminta rekan-rekan Anda untuk melakukan pelayanan sosial bersama-sama. Tindakan ini bisa memberi Anda kesempatan untuk menunjukkan kekuatan karakter Anda di tempat kerja Anda dan mungkin meningkatkan tingkat kebahagiaan Anda di tempat kerja.


Mengembangkan hubungan sosial di tempat kerja: Diener dan Seligman dalam jurnal Psychological Science menemukan bahwa hubungan sosial yang baik membentuk sebuah kondisi yang diperlukan untuk mencapai kebahagiaan. Anda menghabiskan waktu sekitar 8 jam per hari dengan rekan-rekan kerja. Ini dapat dijadikan momentum untuk menjalin hubungan sosial dengan mereka dan meningkatkan kebahagiaan di tempat kerja. Anda bisa melakukan sapaan selamat pagi atau bahkan menyapa rekan kerja Anda saat bertemu di lorong. Interaksi singkat sebenarnya memicu sentuhan kebahagiaan dan manfaat yang terkandung di dalamnya. 

Komitmen Dalam Kerja



Dalam sebuah perusahaan tentu karyawan dituntut untuk dapat memberikan kinerja terbaik pada perusahaan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Tetapi kompetensi saja tidak cukup agar karyawan dapat memberikan kinerja terbaiknya dalam pekerjaannya.


Selain kompetensi, komitmen kerja bagi karyawan, dosen, guru, pegawai ataupun pekerja juga diperlukan agar mereka memberikan hasil terbaik bagi organisasi atau perusahaan. Kompetensi tanpa komitmen sama dengan sebuah pistol berpeluru tetapi tidak bisa ditembakkan.


Seseorang yang tidak memiliki komitmen, sebenarnya ia ahli dalam bidangnya (competent) namun ia bekerja dengan setengah hati. Karyawan yang memiliki suatu komitmen, akan bekerja secara total, mencurahkan perhatian, pikiran, tenaga dan waktunya, ia mengerjakan apa yang diharapkan oleh perusahaan.


Komitmen organisasional adalah loyalitas karyawan terhadap organisasi melalui penerimaan sasaran-sasaran, nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi, serta keinginan untuk bertahan di dalam organisasi.


Sedangkan dari Jurnal Proceeding PESAT Vol.2, Spector mengatakan komitmen kerja melibatkan keterikatan individu terhadap pekerjaannya. Komitmen kerja merupakan sebuah variabel yang mencerminkan derajat hubungan yang dianggap dimiliki oleh individu terhadap pekerjaan tertentu dalam organisasi. Greenberg dan Baron mengemukakan bahwa komitmen kerja merefleksikan tingkat identifikasi dan keterlibatan individu dalam pekerjaannya dan ketidaksediaannya untuk meninggalkan pekerjaan tersebut.


Dari beberapa pengertian di atas jelas bahwa komitmen merupakan bagian yang terkait dengan kinerja karyawan dalam hubungannya dengan pekerjaannya. Dalam sebuah komitmen juga memiliki unsur atau komponen yang saling berhubungan. Ketika semua komponen terpenuhi maka semakin besar komitmen karyawan dalam pekerjaannya. Menurut Meyer, Allen & Smith dalam jurnal Proceeding PESAT Vol.2, komitmen organisasi terdiri dari 3 komponen yaitu:


1. Komitmen kerja afektif (affective occupational commitment)
Komitmen sebagai ketertarikan afektif/psikologis karyawan terhadap pekerjaannya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka menginginkannya.


2. Komitmen kerja kontinuans (continuance occupational commitment)
Mengarah pada perhitungan untung-rugi dalam diri karyawan sehubungan dengan keinginannya untuk tetap mempertahankan atau meninggalkan pekerjaannya. Artinya, komitmen kerja disini dianggap sebagai persepsi harga yang harus dibayar jika karyawan meninggalkan pekerjaannya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka membutuhkannya.


3. Komitmen kerja normatif (normative occupational commitment)
Komitmen sebagai kewajiban untuk bertahan dalam pekerjaannya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka merasa wajib untuk melakukannya serta didasari pada adanya keyakinan tentang apa yang benar dan berkaitan dengan moral.


Tidak semua komponen di atas dimiliki oleh karyawan, tetapi lebih baik lagi jika ketiga komponen tersebut dimiliki oleh karyawan. Sebagai contoh, ketika komponen affective occupational commitment lebih dominan maka karyawan tersebut merasa lebih cocok dengan bidang pekerjaannya, baik itu secara emosional maupun kesesuaian antara karakteristik pekerjaan dengan dirinya.


Ia merasa bahwa pekerjaannya sesuai dengan bidang pendidikannya, hobinya, tujuannya, kebersamaan, kenyamanan dan lain-lain. Tetapi jika karyawan tidak pernah diberikan pengembangan pengetahuan dan skill melalui seminar, training dll. Maka dapat menimbulkan kurangnya komponen normative occupational commitment dan dapat juga mempengaruhi kinerja dibandingkan dengan karyawan yang memiliki tingkat komitmen yang setara.

Kesehatan Untuk Semangat Totalitas Kerja




Ada alasan tertentu mengapa banyak orang mengidamkan kesehatan jasmani. Selain untuk merasa nyaman dan menikmati kehidupan, kesehatan yang optimal juga merupakan potensi untuk melakukan hal-hal terbaik dan menghasilkan karya hebat, semisal totalitas dan pencapaian kerja yang maksimal. Tanpa memiliki kesehatan yang optimal, seseorang akan sulit untuk melakukan hal-hal yang selayaknya ia lakukan, semisal kerja keras, dedikasi yang tulus, serta pencapaian kerja yang ditargetkan. Sebab itulah, tidak berlebihan kiranya jika kesehatan dianggap sebagai barang yang mahal dan mewah, khususnya bagi orang yang kesehatannya sedang terganggu. Karena faktor inilah, beberapa orang juga melakukan antisipasi yang cukup ketat untuk menjaga kesehatan dan menghindari sakit, semisal olahraga yang teratur, mengatur pola makan dan hidup sehat, serta menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik.


Kesehatan juga menjadi modal utama bagi semua orang—terlepas dari apapun posisi dan profesinya—modal untuk bisa rajin dalam bekerja dan memunculkan, menjaga, dan mempertahankan semangat kerja. Di antara beberapa hal yang melatarbelakangi muncul atau bertahannya semangat kerja seseorang adalah faktor kesehatan. Seseorang yang memiliki kesehatan yang optimal cenderung akan memiliki semangat kerja yang maksimal, sebab ia akan berpikir bahwa kesehatan yang dimilikinya memungkinkan ia untuk melakukan sesuatu, mengejar target, dan menyelesaikan segala hal yang telah menjadi kewajibannya semaksimal dan secepat mungkin. Beberapa paparan di atas menunjukkan bahwa kesehatan memiliki peran yang sangat signifikan dalam totoalitas kerja seseorang, baik intensitas kerja maupun semangat kerja yang bersangkutan.


Untuk mendapatkan banyak tips kesehatan anda dapat membacanya di Resep Sehat. Semoga Bermanfaat

Hidup Sehat Supaya Kerja sehat


Kesibukan, aktivitas dan bekerja keras merupakan bagian dari gaya hidup manusia untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan di masa yang akan datang. Namun tidak sedikit orang hanya terlena dengan kesibukan dan aktivitas semata, karena terlalu rajin bekerja mereka tidak pernah memperhatikan kondisi kesehatan, tidak pernah memperhatikan apa yang akan terjadi pada dirinya. Akhirnya timbul berbagai permasalahan yang mengakibatkan kerugian besar, baik kerugian materi maupun kerugian waktu yang timbul sebagai akibat kondisi badan yang melemah (dan mungkin kurang terawat).


Menjaga kesehatan dengan cara berolahraga merupakan kunci untuk mengantisipasi hal tersebut. Untuk meningkatkan kinerja, memang diperlukan ketekunan dan rajin bekerja serta semangat kerja, namun semua itu tidak berarti harus mengabaikan kesehatan.


Kesehatan tetap dijaga dengan konsisten. Namun bagaimana dengan sekelompok orang yang tidak punya waktu luang banyak untuk berolahraga?,  misal orang kantoran dan para pebisnis yang kerap dikejar waktu, berangkat pagi pulang malam. Untuk mensiasati agar kondisi tubuh tetap sehat dan waktu istirahat anda yang sedikit bisa bermanfaat untuk melancarkan sel darah dan organ tubuh tidak kaku akan lebih baik kalau anda melakukan kegiatan-kegiatan yang menyehatkan sebagai berikut.


Pertama, lakukan konsentrasi seperti mengambil napas yang panjang sebelum anda meninggalkan kursi tempat anda bekerja untuk makan siang.


Kedua, lakukan senam ringan seperti melenturkan tubuh anda atau mengerak-gerakan tubuh yang kaku.


Ketiga, pola makan yang teratur dan bergizi serta hindari makanan berlemak yang berlebihan.


Keempat, adalah luangkan waktu untuk berolahraga tubuh di saat libur panjang anda seperti senam pagi atau kesegaran jasmani lainnya.

Cara Tetap Produktif Bekerja Di Rumah



Orang yang bekerja di rumah kadang mengalami stres karena tidak ada teman diskusi dan lingkungan yang itu-itu saja ditambah dengan gabungan kerjaan rumah yang terus membayangi. Berikut tips sehat agar tetap nyaman kerja dari rumah tanpa gangguan stres.


Studi menunjukkan bahwa, orang yang bekerja dari rumah 15-55 persen lebih produktif daripada mereka yang bekerja di kantor. Namun, sebenarnya bekerja dari rumah pun memiliki gangguan yang tidak sedikit. Gangguan-gangguan tersebut dapat berupa gonggongan anjing, panggilan telepon dan pekerjaan rumah tangga yang malah bikin depresi.


Berikut adalah 7 cara untuk tetap produktif ketika bekerja dari rumah:
1. Membuat deadline sendiri
Para ahli menyarankan menciptakan deadline sendiri untuk mengerjakan setiap tugas dapat menyebabkan jadwal lebih teratur. Menentukan deadline sendiri juga dapat menghindarkan harus melakukan lembur diakhir waktu sehingga orang bisa menjauh dari stres.


2. Buatlah daftar pekerjaan yang harus dilakukan sehari-hari
Buatlah daftar baru setiap hari dengan perkiraan yang realistis dari apa yang dapat dilakukan dalam satu hari. Beberapa orang lebih suka untuk membuat satu daftar untuk seminggu dan dengan longgar mengikutinya.
Tetapi untuk sebagian orang mungkin kurang produktif dengan deadline yang lebih lama. Harold Taylor, seorang ahli manajemen waktu, merekomendasikan untuk bekerja selama 90 menit, dan kemudian istirahat terlebih dahulu.


3. Menghabiskan waktu istirahat dengan efektif
Cobalah untuk menghabiskan waktu istirahat dengan meninggalkan kursi kerja. Setiap 90 menit, berdirilah dan lakukan peregangan atau melakukan tugas rumah tangga yang cepat, seperti mencuci piring atau menyiram tanaman.
Atau, dapat berjalan-jalan sejenak di sekitar, melakukan beberapa kali sit up atau push up. Melakukan aktivitas fisik sejenak ketika istirahat dapat menyegarkan pikiran dan membakar kalori sehingga orang terhindar dari masalah kegemukan.


4. Menciptakan rutinitas
Paling efektif bekerja di rumah adalah dengan menciptakan rutinitas sendiri untuk mengatur pekerjaan kita sendiri. Seperti misalnya dengan mendapatkan secangkir kopi dan duduk untuk kemudian langsung mulai bekerja.
Yang penting adalah membangun rutinitas yang dapat efektif untuk menyelesaikan pekerjaan. Cobalah untuk merencanakan istirahat makan siang, dan jadwal dalam waktu terbatas untuk menyelesaikan pekerjaan.


5. Mengevaluasi keefektifan penggunaan waktu kerja
Perlu untuk menyisihkan waktu yang digunakan untuk melacak bagaimana menghabiskan waktu kerja selama ini. Hal tersebut dapat untuk mengetahui gangguan apa saja yang menyebabkan kinerja tidak efektif.


6. Tidak perlu multitasking
Kemampuan untuk fokus seringkali dikacaukan dengan kemampuan multitasking. Studi menunjukkan bahwa, orang tidak memiliki kinerja yang baik ketika mereka sedang multitasking. Beberapa ahli percaya bahwa, kemampuan multitasking seseorang seringkali mengacaukan konsentrasi yang telah terbangun.


7. Tegas dalam menjaga waktu kerja
Tegas dalam menjaga waktu kerja adalah awal dari kinerja yang baik. Kita memang harus tegas ketika harus menolak ajakan seorang teman ketika jam kerja. Atau mengakhiri telepon dari kerabat ketika jam kerja. Hal tersebut dapat menjamin kinerja yang baik dan selesainya pekerjaan tepat waktu sehingga tidak jadi beban pikiran.


Semoga Bermanfaat.